Peperangan yang terjadi
sebelum perang pemikiran ialah perang worldview. Dimana banyaknya umat
muslim yang digiring oleh pemikir-pemikir barat supaya worldview nya
terlepas dari Islam. Kamis (12/04/2018) Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung
gelar perkuliahan di Gedung Serba Guna Salman ITB dengan tema “ghazwul fikri” yang diisi oleh
Akmal Syafril selaku Kepala SPI Pusat.
“Perang pemikiran itu
sudah terjadi sejak zaman Nabi Adam, ketika pemikiran Nabi Adam diserang oleh
pemikiran Iblis laknatullah yang menjadikannya keluar dari surga”. Ucap
Akmal di awal pembicaraan.
Dan menurut Akmal, ketika kita dihadapkan dengan perang non fisik seperti
sekarang maka yang harus dilakukan adalah perlawanan yang strategis. Bahkan
menurutnya kalaulah kita membaca siroh nabawiyyah dengan benar maka
ketika dihadapkan dengan permasalahan tidak hanya dengan emosi saja tapi dengan
perlawanan yang strategis dan lebih cerdas.
Akmal pun memaparkan perbedaan antara perang fisik dan perang non-fisik
atau pemikiran, kalau perang fisik tujuannya untuk menghancur leburkan,
sedangkan perang pemikiran tujuannya agar membuat tunduk pemikiran manusia
khususnya muslim. Jadi menurutnya kita harus pintar-pintar menyiapkan diri kita
untuk menghadapi musuh yang sudah mempersiapkan dirinya jauh-jauh hari.
Perkuliahan kamis malam itu dipenuhi oleh peserta SPI dari berbagai
kalangan, Lewinda Jotari dosen dari salah satu universitas swasta di Bandung
pun turut ikut serta di perkuliahan SPI.
“Ngeri..!! apalagi waktu kemarin gurunda memaparkan
bedanya peran fisik dan perang pemikiran. Kalau dalam perang pemikiran kita ga
akan merasa sedang diserang, kalau kalah juga jadi budaknya musuh-musuh Islam.
Ga ada enaknya, di tambah lagi modus-modus nya itu hal-hal yang aceessible
seperti TV, koran, film dan lain-lain” Ucap Jota ketika ditanya tentang perkuliahan kemarin.
Bahkan menurutnya, perkuliahan ghazwul fikri ini penting sekali. Supaya
kita semua lebih aware dan mau tergerak menyiapkan diri untuk memerangi
pemikiran-pemikiran berbahaya dan membentengi diri dari hal itu.
No comments:
Post a Comment