Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahim.
Teriring doa kepada Sang Pencipta yang telah memberikan
suatu pondasi berfikir kepada manusia untuk kemudian memaksimalkan akal itu
menuju ke jalan yang lebih baik. Inilah potensi yang sangat besar bagi manusia,
yang akan membawa manusia menuju kemuliaan bahkan bisa membawa manusia ka
derajat kehinaan.
Alangkah beruntung dan mulianya bagi manusia yang bisa
memaksimalkan potensi akal ini dengan sebaik-baiknya sehingga bisa mendapatkan
keridhoan Allah Swt lalu kemudian mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.
Hidup di dunia terus berputar. Adakalanya kita berada di
atas adakalanya berada di bawah. Akan ada fase dimana kita dungu, bingung
terhadap kehidupan fana ini, bahkan adakalanya kita berada dalam fase menikmati
kehidupan ini dengan langkah-langkah yang membawa kepada keridhoan. Satu yang
menjadi titik tekan, pertahankan ketika berada di atas dan bangkitlah ketika
kita berada di bawah.
Perjuangan dalam hidup memang tak mudah, perjuangan itu
di satu sisi banyak rintangan, ujian bahkan kadang ada hujatan tapi di sisi
lain perjuangan itu banyak kenikmatan yang bisa diikmati oleh aktivis sejati.
Tengoklah sejarah peradaban Islam, ketika Nabi Muhammad
Saw berjuang dalam pergerakan agama ia seringkali mendapatkan hujatan dari kaum
quraisy, juga cacian dari keluarganya sendiri tapi hal itu tak menjadi alasan
untuk mundur. Rasul terus melangkah, terus berjuang karena ia yakin bahwa ada
suatu kenikatan yang hakiki ketika ia menyelesaikan perjuangan itu dengan
maksimal.
Dalam perjuangan perlu adanya pola pergerakan yang
matang, baik itu secara struktural ataupun secara kultular. Galilah dan
kembangkanlah pola-pola itu dengan gagasan-gagasan yang bisa menghantarkan ke
pergerakan nyata yang terasa manfaatnya baik itu secara individual ataupun
komunal.
Setelah pola pergerakan itu tumbuh dan berkembang,
rawatlah ia karena bagaimana pun kita tak akan bisa melangkah dalam perjuangan
kalau kita tak membangun pola itu, atau bisa dikatakan kita ada dalam
perjuangan yang sia-sia.
Coba lihat Rasulullah ketika membangun pola strategis
dakwah kala itu, ada perbedaan pola ketika di Mekah dan di Madinah. Artinya sebelum
melangkah dalam pergerkan beliau telah menganalisis seluruh aspek yang ada di
kedua tempat itu, maka kawan-kawanku analisislah seluruh aspek sebelum kau
melangkah agar langkahmu tak sia-sia.
Lalu kemudian ketika selesai menganalisis permasalahan,
dan juga telah tumbuh dan berkembang pola pergerakan. Perlulah adanya tim yang
solid dalam bergerak untuk kemudian merealisasikan ide dan gagsan dalam pola
pergerakan itu karena diyakini atau tidak kalau berbicara perjuangan bukanlah
berbicara aku dan kamu tapi yang lebih tepatnya adalah kita. Perlulah adanya
kedewasaan diri dalam berorganisasi, perlulah adanya sifat saling mengerti
dalam perjuangan sehingga menciptakan organisasi yang humanis.
Satu hal yang menjadi harga mati dalam sebuah organisasi
atau dalam sebuah perjuangan, perlu adanya kaderisasi yang maksimal baik secara
struktural ataupun kultural. Carilah celah dimanapun dan kapanpun untuk
melakukan pengkaderan, baik itu secara personal ataupun secara komunal. Ingat perjuangan
tanpa ada kader itu adalah perjuangan yang cacat.
Karena memang kalaulah kita tidak menyiapkan kader
pelanjut, perjuangan ini akan mati di tengah jalan. Maka perlulah adanya
estafeta perjuangan dalam organisasi supaya organisasi tidak mati atau bunuh
diri.
Ikhlaslah dalam berjuang di Hima Persis, karena berada di
dalamnya kita tidak mendapatkan rupiah-rupiah yang mengisi dompet kita. Bahkan sebaliknya
kadang kita mengorbankan isi dompet untuk berjuang di Hima Persis.
Keringat akan selalu ada dalam suatu pergerakan
organisasi, kebosanan pun sama akan terasa. Tapi ingatlah, kita berjuangan
untuk agama, bangsa dan negara. Torehkanlah diri kita dalam kancah sejarah. Walaupun
tak ada buku yang menuliskan diri kita sebagai pelaku sejarah, namun
perjuanganmu takkan sia-sia di hadapan Ilahi Rabbi. Ingatlah itu!
Kawan, ini hanyalah coretan sederhana dari kawanmu yang
fakir ilmu. Semoga coretan sederhana ini setidaknya bisa menumbuhkan ghiroh
berorganisasi sehingga kawan-kawan bisa menjadi kader yang militan dalam
estafeta perjuagan Hima Persis, teruskanlah perjuangan ini yang baru dibangun
lagi sekitar 2 tahun kebelakang, jangan padamkan api yang sedang membara ini,
kobarkanlah api itu sebagai tanda bahwa kau pun bisa dalam berjuang, kau pun
mampu dalam bergerak dan berkontribusi untuk umat. Ingatlah ini bukan tentang
jabatan, ingatlah ini bukan tentang mencari uang dan popularitas. Ingatlah ini
tentang berjuang dan berkhidmat untuk agama, bangsa dan negara.
Kantor Ikadi (Ikatan Da'i Indonesia) Jawa Barat, Komplek Leuwi Sari.
08 April 2018 Pukul 02.55
Hafidh Fadhlurrohman ( Pembelajar yang tak kunjung
pandai)
No comments:
Post a Comment