26
maret 2017 awal saya terpilih menjadi ketua Hima Persis Al-Imarat, tidak
menyangka memang karena umur ber-hima saya bisa dibilang seumur jagung belum
terlalu lama mengenali Hima Persis secara komprehensif. Juga belum terlalu
mengetahui dinamika organisasi yang terjadi di Hima Persis, kala itu menjadi
suatu musibah sekaligus tantangan bagi saya pribadi untuk menerima dan
mengemban amanah yang dipercayakan kepada saya.
Hari
demi hari terus bergulir, minggu demi minggu terus berputar, begitu pun bulan
demi bulan berjalan secara cepat. Pada saat dipilih menjadi ketua, saya memang
belum memiliki tim yang solid. Antar individu bisa dikatakan belum seluruhnya
saling mengenal secara dalam, itu yang menjadi kendala awal saya dalam
menahkodai organisasi ini.
Lalu
dalam membaca social kultur Al-Imarat sendiri belum terlalu terdefinisikan
secara jelas, karena memang dalam menganalisis perlulah memakan waktu yang
tidak sebentar. Tapi kalau mengutip perkataan Jhon Dewey yang dikutip oleh
Jujun Suriasumantri dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu, ia berkata
penyebab seseorang mengamati dan menganalisis suatu objek itu ialah
ketertarikan ia terhadap objek itu da nada pertanyaan-pertanyaan pada objek
tersebut. Nah bagi saya, mengamati dan menganalisis sosial kultur Al-Imarat yang belum saya kenal kala itu dikarenakan keterarikan saya untuk menemukan
pola pergerakan yang kemudian bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
bagaimana langkah yang baik terkait pergerakan Hima Persis di Al-Imarat.
Setelah bisa merekatnya persaudaraan antar kader Hima
Persis di Al-Imarat, lalu terbukalah ide-ide dan gagasan-gagasan untuk
membangun pola itu. Dengan banyaknya berkumpul untuk saling memberikan ide itu
menjadi satu langkah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi. Lalu kemudian
ide itu direpresentasikan oleh program kerja yang menurut analisis saya dan
kawan-kawan itu tepat dilakukan di kampus Al-Imarat.
Komunikasi dengan level pimpinan yang ada di atas pun
menjadi langkah dalam menemukan pola itu, alhasil tercapailah program-program
yang sudah di konsep kala itu. Ini menjadi suatu kebanggaan bagi saya dan
kawan-kawan karena memang umur Hima Persis di Al-Imarat sendiri belumlah lama,
bisa dianalogikan seperti bayi yang sedang merangkak lalu kami tuntun bayi itu
supaya bisa berdiri lalu kemudian bisa berjalan dengan baik.
Satu tahun lamanya menjabat sebagai ketua, banyak
pelajaran yang bisa saya ambil. Terkait me-menej organisasi lalu
mengontrol dan mengarahkan para kader supaya bisa bergerak satu frame, karena
memang itu tidak mudah tapi jikalau dijalani dengan penuh perjuangan dan dengan
kerjasama yang baik hal itu bisa tercapai dengan maksimal.
8 April 2018 menjadi finish saya dalam menahkodai
organisasi itu, banyak pencapaian-pencapaian di satu periode itu, tapi di
samping itu pun masih banyak peer-peer yang belum terselesaikan. Terima kasih
saya ucapkan kepada orang-orang yang membersamai saya dalam pergerakan Hima
Persis, juga tak luput saya meminta maaf atas banyaknya ke-khilaf-an
dan juga banyaknya kekurangan dalam memimpin roda organisasi ini.
Semoga dengan terpilihnya ketua baru; Shadiq Amin, bisa
membawa Hima Persis Al-Imarat ke arah yang lebih baik lagi, bisa produktif
dalam pergerakannya dan bisa menjadi wadah kebaikan juga ruang keilmuan bagi
mahasiswa-mahasiswa Al-Imarat umumnya dan kader Hima Persis khususnya.
Bersabarlah dalam berjuang, teruslah minta bimbingan
kepada senior ketika stuck dalam berjuang dan down dalam
bergerak. Lempengkeung jarum hate dalam setiap langkah kalian. Dan yakinlah
bahwa perjuangan kalian di Hima Persis tak akan sia-sia ketika memang kalian
berjuang untuk agama, bangsa dan negara.
Salam Ulul Albab
Hafidh Fadhlurrohman
Pasir Luyu, 11 April 2018 Pukul 03.06 Dini Hari WIB
No comments:
Post a Comment