Kota Sejuta Cerita

Awal bulan ini aku mendapat inbox dari kawan organisasi lamaku. Midah namanya, gak ada angin gak ada ujan tiba-tiba ia mengirimkan undangan pernikahan dirinya via whastapp. Wih kabar gembira nampaknya, ia adalah kawan organisasi di masa aliyahku. Dirinya cerdas, cakap dalam retorika dan lobying, aktivis banget. Undangan itu menyuruhku buat bergegas ke kota sejuta cerita; Tasikmalaya.

Tasikmalaya, 3 taun semasa aliyah disana. Banyak cerita yang tersimpan dan terkenang di kota itu. Mulai dari pendidikan, perjuangan organisasi dan banyak hal lagi yang membuatku bisa menjadi lebih dewasa dalam berfikir. Bukan karena diriku yang hebat, justru diriku yang bodoh dan ingin terus belajar yang mendapat banyak pelajaran dari kawan-kawanku disana.

Tasikmalaya, pagi itu aku menginjakkan kakiku (lagi) disana. Bersama kawan semasa aliyahku, aku menghadiri undangan itu.

Satu jam di masjid yang berdekatan dengan lokasi pernikahan midah, beristirahat dan bersiap-siap. Ada yang mandi adapula yang tidur untuk beberapa menit.

Sudah lama tak bertemu memang dengan kawanku ini; midah, ketika bertemu udah diambil orang. Bersalaman sembari mengucapkan doa bagi kedua mempelai, acara sakral itu pun mengingatkanku kembali ke masa-masa aliyah dulu, dimana aku sering sharing, diskusi bahkan kadang kala sering berdebat karena memang tidak sependapat atau beda pemikiran. Wajar ya.. Hhe

Selamat kawan, selamat membuka ruang kehidupan baru. Selamat menjadi aktivis rumah tangga, sehebat-hebatnya kau di luar alangkah lebih indah jika mendapat restu dia yang harus kau taati.


Dari kawanmu; pembelajar yang tak kunjung pandai.
Banjar, 23 April 2018

No comments:

Post a Comment