Makna Tauhid Dalam Surah Al-Ikhlas Ayat 1

Tauhid memiliki dua makna, yang pertama bermakna "an-nafyu" dan yang kedua ialah "itsbat" maksudnya ialah tauhid itu ialah dimana kita menghilangkan atau meniadakan tuhan-tuhan lalu kemudian menetapkan Tuhan, yakni Allah Swt.

 Dalam tafsir surah al-ikhlas ayat 1 ini, makna tauhid sangat tersurat di redaksi ayar ini. mari kita kupas makna di dalamnya.

Allah berfirman:

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ (1)  
Katakanlah olehmu (Muhammad) bahwa Allah itu Tunggal (1)

Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw supaya memperkenalkan Allah Swt dengan perintah Qul katakanlah olehmu Muhammad kepada siapa saja yang ingin mengenal Allah. Huwa Allah Dia itu adalah Allah Ahadun anu Maha Tunggal.

Lafadz Qul merupakan fiil amr (perintah) berasal dari kata qoola-yaquulu. Lafadz qul ditampilkan untuk menjelaskan bahwa nabi Muhammad saw menyampaikan kepada umatnya apa saja yang harus disampaikan, Nabi tidak merubah redaksi ataupun isi. Huwa disebut dlomir Sya’an. Dlomir sya’an itu adalah dlomir yang disebut sebelum isimnya serta fungsinya untuk menguatkan arti kalimat yang berada setelahnya sama seperti inna. Allah lafadz jalalah yaitu lafadz yang Mulia juga Maha Tinggi untuk satu Wujud Mutlak. Kata ahadun yang mempunyai arti tunggal atau esa akar katanya yaitu wahdatun yang berarti kesatuan. Dari kata wahdatun bisa membentuk kata wahidun artinya satu, itsnani dua, tsalatsatun tiga. Lafadz ahadun bisa menjadi nama bisa menjadi sifat. Dalam ayat di atas ahadun merupakan sifat untuk Allah, dalam arti Allah Maha Tunggal yang mempunyai sifat mandiri dan tidak dimiliki oleh yang lainnya. Terdapat perbedaan antara ahadun dan wahidun. Kalau ahadun sifatnya tunggal tidak ada kelanjutannyan atau tidak ada penerus setelahnya, seperti anak tunggal yakni anak satu-satunya yang tidak memiliki adik atau kakak. Sedangkan wahidun yang berarti satu juga ada kelanjutannya atau penerusnya, dua, tiga, empat dan seterusnya. Kata wahidun juga digunakan untuk sifat Allah dalam arti Allah Maha Tunggal lalu dilanjutkan oleh sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh yang lainnya yang berjumlah 99 yang kita kenal dengan Asmaul Husna. Seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 163


والهكم اله واحد لا إله إلا هو الرحمن الرحيم (163)

Dan Tuhan kamu ialah Tuhan yang satu, tidak ada Tuhan selain Dia, Dia Maha Pengasih dan juga Maha Penyayang (163)

Allahu ahad memiliki arti:

1.      Allah Tunggal dalam Dzat

Allah ahad dalam dzat memiliki arti Allah mempunyai kesatuan Dzat yang bukan merupakan rincian dari bagian-bagian. Kalaulah Allah mempunyai bagian-bagian maka akan ada saling ketergantungan antar bagian. Seperti halnya sepeda motor, ketika mesinnya bagus tetapi bannya pecah atau bocor maka sepeda motor tidak akan bisa dipakai. Allah merupakan pusat untuk semua makhluk serta Dia tidak memusatkan dirinya kepada yang lain seperti yang dikatakan dalam QS Fathir ayat 15, yang artinya:

“Wahai seluruh manusia! Kalianlah yang memerlukan Allah dan Dialah yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu), Maha Terpuji”.

Hakikat Dzat Allah tidak bisa dicapai oleh pikiran apalagi diserupakan dengan yang lainnya seperti dijelaskan dalam QS Asyu’ara ayat 11, yang artinya:

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”.

Juga dijelaskan dalam hadits Nabi

حدثنا محمد بن سعيد العسال, حدثنا أبو سليمان السغدي, بعجمة غين, أنا عبد العزيز بن موسى أبو روح, أنا سيف ابن أخت سفيان , عن الأعمش , عن مجاهد, عن ابي ذر رضي الله عنه , قال: قال رسول الله ص : تفكروا في خلق الله ولا تفكروا في الله فتهلكوا (العظمة لأبي الشيخ الأصبهاني- ج 1 \ ص 5 )


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin said al-asali, telah menceritakan kepada kami Abu Sulaiman As-saghdi, dengan di ijmah ghain, saya Abdul Aziz bin Musa Abu Ruh, saya Saif bin Ukhti Sufyan, daru A’masy, dari Mujahid dari Abi dzar semoga Allah meridloi kepadanya, ia telah berkata: telah bersabda Rasulullah saw: “bertafakurlah kalian pada ciptaan Allah dan jangan memikirkan Dzat Allah pasti akan celaka” (al-azhimah liabi syaikh al-ashbahani).

2.      Allah Tunggal dalam Sifat

Allah memiliki sifat yang tidak sama dari sisi substansi dan kapasitas yang dimiliki oleh kebanyakan makhluk walaupun kadang-kadang diungkapkan dalam bahasa yang sama. Seperti sifat rahim yang dimiliki Allah berbeda dengan rahim yang dimiliki oleh manusia. Sifat-sifat Allah berjumlah 99 yang dikenal dengan Asmaul Husna. Adapun ayat-ayat yang berkaitan dengan Asmaul Husna diantaranya QS Al-A’raf ayat 180, Al-Isra ayat 110, Thaha ayat 110, dan surat Al-Hasyr ayat 24.

3.      Allah Tunggal dalam Af’al (Pekerjaan)

Semua kejadian yang ada di langit atau bumi tidak lepas dari af’al Allah yang Maha Kuasa, jadi batalnya suatu kejadian atau rencana yang dibuat oleh manusia itu tidak lepas dari Pekerjaan Allah. Meskipun Allah Tunggal dalam pekerjaan, Dia tidak sewenang-wenang dalam melakukan atau menetapkan sesuatu tetapi ada hukum yang disebut Sunatullah atau yang dikenal dengan Hukum Alam. Hukum Alam secara keumuman bisa saja tidak berlaku ketika Allah memberikan keputusan yang berbeda. Secara keumuman api itu panas, tapi ketika nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud pada saat itu api diperintahkan untuk dingin dan menyelamatkan Ibrahim. Bahkan tidak mustahil ketika seseorang divonis oleh dokter nyawanya tinggal beberapa hari lagi tetapi ketika Allah berkehendak sembuh, maka orang itu bisa sembuh.

4.      Allah Tunggal dalam Ibadah

Allah Tunggal dalam Ibadah merupakan bentuk perwujudan dari Ahad Dzat, Ahad Sifat, dan Ahad Af’al. Semua ibadah harus didasari dengan keimanan kepada Allah juga mengikuti conto atau sunah dari Nabi. Ibadah yang prinsipnya dijelaskan secara jelas dalam al-Quran dan hadits serta dicontohkan oleh nabi maka itu disebut ibadah mahdloh seperti shalat, shaum, zakat dan haji.  Sedangkan ibadah yang prinsipnya dijelaskan namun tidak secara jelas juga tidak dicontohkan secara langsung oleh nabi maka itu disebut ibadah ghoir mahdlah. Perintah menghormati kedua orang tua dijelaskan dalilnya dalam quran dan hadits namun teknisnya tidak dijelaskan serta dikembalikan kepada budaya masing-masing bangsa.

Ikrar kita untuk mengamalkan Tauhidullah dalam ibadah Mahdlah dan Ghoir Mahdlah sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-An’am ayat 162, yang artinya:


“Katakanlah olehmu (Muhammad) sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam

No comments:

Post a Comment