Allah berfirman:
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ (1)
Katakanlah
olehmu (Muhammad) bahwa Allah itu Tunggal (1)
Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw supaya
memperkenalkan Allah Swt dengan perintah Qul katakanlah olehmu Muhammad
kepada siapa saja yang ingin mengenal Allah. Huwa Allah Dia itu adalah
Allah Ahadun anu Maha Tunggal.
Lafadz Qul merupakan fiil amr (perintah) berasal
dari kata qoola-yaquulu. Lafadz qul ditampilkan untuk menjelaskan bahwa
nabi Muhammad saw menyampaikan kepada umatnya apa saja yang harus disampaikan,
Nabi tidak merubah redaksi ataupun isi. Huwa disebut dlomir Sya’an.
Dlomir sya’an itu adalah dlomir yang disebut sebelum isimnya serta fungsinya
untuk menguatkan arti kalimat yang berada setelahnya sama seperti inna. Allah
lafadz jalalah yaitu lafadz yang Mulia juga Maha Tinggi untuk satu Wujud
Mutlak. Kata ahadun yang mempunyai arti tunggal atau esa akar katanya
yaitu wahdatun yang berarti kesatuan. Dari kata wahdatun bisa membentuk
kata wahidun artinya satu, itsnani dua, tsalatsatun tiga.
Lafadz ahadun bisa menjadi nama bisa menjadi sifat. Dalam ayat di atas ahadun
merupakan sifat untuk Allah, dalam arti Allah Maha Tunggal yang mempunyai
sifat mandiri dan tidak dimiliki oleh yang lainnya. Terdapat perbedaan antara ahadun
dan wahidun. Kalau ahadun sifatnya tunggal tidak ada
kelanjutannyan atau tidak ada penerus setelahnya, seperti anak tunggal yakni
anak satu-satunya yang tidak memiliki adik atau kakak. Sedangkan wahidun yang
berarti satu juga ada kelanjutannya atau penerusnya, dua, tiga, empat dan
seterusnya. Kata wahidun juga digunakan untuk sifat Allah dalam arti
Allah Maha Tunggal lalu dilanjutkan oleh sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh
yang lainnya yang berjumlah 99 yang kita kenal dengan Asmaul Husna.
Seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 163
والهكم اله واحد لا إله إلا هو الرحمن الرحيم (163)
Dan Tuhan kamu ialah Tuhan yang satu, tidak ada Tuhan selain Dia, Dia Maha Pengasih dan juga Maha Penyayang (163)
Allahu ahad
memiliki arti:
1.
Allah Tunggal
dalam Dzat
Allah ahad dalam dzat memiliki arti
Allah mempunyai kesatuan Dzat yang bukan merupakan rincian dari bagian-bagian.
Kalaulah Allah mempunyai bagian-bagian maka akan ada saling ketergantungan
antar bagian. Seperti halnya sepeda motor, ketika mesinnya bagus tetapi bannya
pecah atau bocor maka sepeda motor tidak akan bisa dipakai. Allah merupakan
pusat untuk semua makhluk serta Dia tidak memusatkan dirinya kepada yang lain
seperti yang dikatakan dalam QS Fathir ayat 15, yang artinya:
“Wahai seluruh manusia! Kalianlah
yang memerlukan Allah dan Dialah yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu),
Maha Terpuji”.
Hakikat Dzat Allah tidak bisa dicapai
oleh pikiran apalagi diserupakan dengan yang lainnya seperti dijelaskan dalam
QS Asyu’ara ayat 11, yang artinya:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa
dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”.
Juga dijelaskan dalam hadits Nabi
حدثنا محمد بن سعيد العسال, حدثنا أبو سليمان السغدي, بعجمة غين, أنا عبد العزيز بن موسى أبو روح, أنا سيف ابن أخت سفيان , عن الأعمش , عن مجاهد, عن ابي ذر رضي الله عنه , قال: قال رسول الله ص : تفكروا في خلق الله ولا تفكروا في الله فتهلكوا (العظمة لأبي الشيخ الأصبهاني- ج 1 \ ص 5 )
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin said al-asali, telah menceritakan kepada kami Abu Sulaiman As-saghdi,
dengan di ijmah ghain, saya Abdul Aziz bin Musa Abu Ruh, saya Saif bin Ukhti
Sufyan, daru A’masy, dari Mujahid dari Abi dzar semoga Allah meridloi
kepadanya, ia telah berkata: telah bersabda Rasulullah saw: “bertafakurlah
kalian pada ciptaan Allah dan jangan memikirkan Dzat Allah pasti akan celaka”
(al-azhimah liabi syaikh al-ashbahani).
2.
Allah Tunggal
dalam Sifat
Allah memiliki sifat yang tidak sama
dari sisi substansi dan kapasitas yang dimiliki oleh kebanyakan
makhluk walaupun kadang-kadang diungkapkan dalam bahasa yang sama. Seperti
sifat rahim yang dimiliki Allah berbeda dengan rahim yang
dimiliki oleh manusia. Sifat-sifat Allah berjumlah 99 yang dikenal dengan Asmaul
Husna. Adapun ayat-ayat yang berkaitan dengan Asmaul Husna diantaranya QS
Al-A’raf ayat 180, Al-Isra ayat 110, Thaha ayat 110, dan surat Al-Hasyr ayat
24.
3.
Allah Tunggal
dalam Af’al (Pekerjaan)
Semua kejadian yang ada di langit
atau bumi tidak lepas dari af’al Allah yang Maha Kuasa, jadi batalnya suatu
kejadian atau rencana yang dibuat oleh manusia itu tidak lepas dari Pekerjaan
Allah. Meskipun Allah Tunggal dalam pekerjaan, Dia tidak sewenang-wenang dalam
melakukan atau menetapkan sesuatu tetapi ada hukum yang disebut Sunatullah
atau yang dikenal dengan Hukum Alam. Hukum Alam secara keumuman bisa saja tidak
berlaku ketika Allah memberikan keputusan yang berbeda. Secara keumuman api itu
panas, tapi ketika nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud pada saat itu api
diperintahkan untuk dingin dan menyelamatkan Ibrahim. Bahkan tidak mustahil
ketika seseorang divonis oleh dokter nyawanya tinggal beberapa hari lagi tetapi
ketika Allah berkehendak sembuh, maka orang itu bisa sembuh.
4.
Allah Tunggal
dalam Ibadah
Allah Tunggal dalam Ibadah merupakan
bentuk perwujudan dari Ahad Dzat, Ahad Sifat, dan Ahad Af’al. Semua ibadah
harus didasari dengan keimanan kepada Allah juga mengikuti conto atau sunah
dari Nabi. Ibadah yang prinsipnya dijelaskan secara jelas dalam al-Quran dan
hadits serta dicontohkan oleh nabi maka itu disebut ibadah mahdloh seperti
shalat, shaum, zakat dan haji. Sedangkan
ibadah yang prinsipnya dijelaskan namun tidak secara jelas juga tidak dicontohkan
secara langsung oleh nabi maka itu disebut ibadah ghoir mahdlah. Perintah
menghormati kedua orang tua dijelaskan dalilnya dalam quran dan hadits namun
teknisnya tidak dijelaskan serta dikembalikan kepada budaya masing-masing
bangsa.
Ikrar kita untuk mengamalkan Tauhidullah dalam ibadah Mahdlah dan Ghoir Mahdlah sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-An’am ayat 162, yang artinya:
“Katakanlah olehmu (Muhammad) sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam
No comments:
Post a Comment