Kalaulah kita cermati secara mendasar, dalam pandangan Al-Quran hati itu bisa menjadi dua objek. Pertama bisa dikatakan bahwa ia itu qalbu, dan yang kedua ia bisa juga ditafsirkan sebagai akal. Dalam pandangan Al-Quran fungsi hati ini perlu lah seimbang, baik ketika kita menafsirkan bahwa hati itu qalbu maupun aqlu. Karena pada dasarnya manusia itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, bagi saya itu adalah kondisi dimana ia suci dari berbagai dosa dan kesalahan.
Ketika rasul menggambarkan bahwa hati itu pada awalnya bening, lalu kemudian ia bisa berubah warna menjadi hitam diakibatkan titik-titik dosa yang ia lakukan. Nah disitulah peran kita. Lingkungan kita akan menghiasi hati itu, apakah ia dirawat dalam kebeningannya atau malah yang menghiasi hati itu pola fikir dan tingkah laku yang membuatnya menjadi gelap gulita.
Oh hati, kau tak bisa diterka dan diterawang. Semua ada dalam kondisi ghaib, masihkan hati kita sebening dulu? Atau sudah seberapa gelapkah kita mengotori hati ini? Lantas jika sudah kotor, pernahkah terbesit untuk membersihkannya kembali?
Tamparan bagi saya, karena memang manusia itu tempatnya salah dan lupa. Tapi memang dikatakan juga bahwa sebaik-baiknya ialah yang selalu kembali untuk memperbaiki.
Hafidh Fr
Selasa, 8 Mei 2018
Selasa, 8 Mei 2018
Cicaheum
No comments:
Post a Comment