Bismillah..
Bisnis di era modern menjadi hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Di lihat dari perkembangan dan kemajuan teknologi, bisnis kian merambah kemana-mana. Kita bisa berbisnis dimana pun dan kapan pun. Semua orang tentu ingin menjadi kaya dan salah satu mencapai keinginan itu adalah dengan berbisnis.
Kita juga telah mengetahui bahwa panutan berbisnis kita adalah rasulullah. Rasulullah adalah pebisnis sukses pada zamannya, beliau mengenal bisnis sejak usia dini. Beliau menjalani hidup sebagai seorang pebisnis selama 28 tahun, mulai dari usia 12 tahun sampai usia 40 tahun. Dan setelah itu adalah masa kerasulan beliau sebagai suri tauladan untuk umatnya.
Semasa mudanya beliau sudah berkenalan dengan bisnis, dimulai dengan mengembala kambing lalu bisnisnya ke-level yang lebih tinggi. Pada waktu itu beliau masih berumur 12 tahun diajak oleh pamannya yang bernama Abu Thalib untuk berdagang di negri Syam. Disitulah beliau mengenal bisnis secara serius bersama pamannya hingga beliau mendapat reputasi yang baik bagi negri tersebut. Reputasi-reputasinya adalah sebagai orang yang terpercaya (Al-Amin) di dalam perdagangannya ataupun di kehiduan sehari-harinya. Pada usia 17 tahun beliau sudah diberi mandat oleh pamannya untuk berdagang dari dagangannya hingga usia 20 tahun beliau sudah menguasai pusat bisnis global di zamannya yaitu daerah Irak, Yordania, Bahrain, Suriah dan Yaman.
Kesuksesan beliau dalam berbisnis bukan hal yang tidak mungkin kita tiru dimasa sekarang. Rasulullah saw tidaklah memberi contoh kecuali untuk ditiru dan diikuti.
Lalu ketika kita sudah tahu akan kehebatan bisnis sang rasul, apa saja tips untuk mencontoh bisnis beliau. Ini adalah beberapa tips bisnis ala rasul:
1. Prinsip Ilahiyyah
1. Prinsip Ilahiyyah
Apapun yang dilakukan Rasul itu tidak terlepas dari nilai ibadah, khususnya yang kita bahas sekarang adalah bisnis maka bisnis itupun tak lepas dari nilai-nilai ibadah. Maka berbisnislah karena mencari ridho Allah, maka berkahlah bisnis kita walaupun keuntungan kita kecil dalam hal materi tapi bleum tentu kecil dalam hal ridho Allah.
Praktek dagang ala rasulullah sangatlah berbeda dengan kebanyakan pedagang sekarang yang hanya mementingkan keuntungan duniawi. Padahal kita tahu bahwa dunia itu adalah hal yang sifatnya sementara yang akan segera kita tinggalkan. Bahkan jika dibandingkan dengan lamanya waktu akhirat hidup di duniaini mungkin hanya sehari atau setengah hari saja. Maka manfaatkanlah waktu mu dengan niat mencari amal sholeh.
2. Jujur Sebagai Aset Kepercayaan
2. Jujur Sebagai Aset Kepercayaan
Kejujuran adalah modal bisnis yang ditanamkan oleh rasulullah dalam setiap perdagangannya. Maka tak aneh bila gerlar Al-Amin disandarkan kepada beliau sebagai pedagang yang terpercaya. Karena pada saat itu kecurangan dalam berdagang merajalela. Pada saat itu Rasulullah dipercaya untuk mengawali dagang dari barang dagangan saudagar muslimah kaya yang bernama Khadijah yang tidak lama dari itu khadijah jadi istri beliau.
Salah satu sifat nyata yang beliau terapkan dalam berbisnis ialah menjelaskan barang dagangannya sesuai kondisinya tanpa mengurangi atau menambahkan. Beliau bersifat transparan kepada para pelanggan sehingga hal itu membuat dirinya dipercaya oleh banyak pelanggan.
3. Memenuhi Janji untuk Menjaga Kepuasan Pelanggan
3. Memenuhi Janji untuk Menjaga Kepuasan Pelanggan
Memenuhi janji kepada pelanggan adalah hal yang harus kita lakukan sebagai modal untuk kepuasan para pelanggan. Allah Swt berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 1 "Wahai Orng-orang yang beriman, penuhilah janjimu". Dalam dunia perdagangan Rasulullah selalu menjual barang dagangan dengan kualitas yang telah beliau janjikan kepada pelanggan. Selain itu dalam hal pemasaran serta pengiriman barang beliau selalu mengirimkan barang tepat waktu sesuai yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Inilah salah satu strategi yang diajarkan beliau dalam berbisnis, hal itu menjadi tolak ukur untuk kepuasan para pelanggan. Ketika satu pelanggan merasa puas dengan bisnis yang kita jalani maka ia akan menyebarluaskan kepada orang lain tentang sistem berbisnis kita sehingga meluaslah perdagangan kita.
4. Dilarang Menyimpan atau Menimbun Barang
4. Dilarang Menyimpan atau Menimbun Barang
Menyimpan atau menimbun barang untuk didagangkan di lain waktu agar biaya lebih mahal itu sangat dilarang di dalam islam, hal itu dikenal dengan istilah ihtikar. Jual lah barang dengan harga yang sesuai pada saat itu.
5. Tidak Menjelek-jelekkan Bisnis Orang Lain
5. Tidak Menjelek-jelekkan Bisnis Orang Lain
Bermain fairplay dalam hal apapun itu adalah hal yang sangat baik dilakukan, tentu dalam hal berdagang pun sama. Rasulullah saw bersabda, "Janganlah seseorang diantara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual orang lain" (H.R Bukhori Muslim).
Rezeki setiap orang sudah ada yang mengatur, maka tak baik jika kita iri kepada dagangan orang lain yang disertai dengan menjelek-jelekan dagangannya. Berdaganglah dengan sportif supaya apa yang kita dapatkan menjadi berkah ilahi. Karena sejatinya berbisnis itu adalah memuaskan hati para pelanggan bukan menjatuhkan pesaing dagang. Naikkanlah kualitas barang dagangan kita supaya para pelanggan bisa menilainya.
6. Jangan Diperbudak Oleh Bisnis
6. Jangan Diperbudak Oleh Bisnis
Apa maksud dengan jangan diperbudak oleh bisnis? maksudnya jangan sampai kita terlalu fokus untuk bisnis tetapi ibadah terlupakan atau tersisihkan. Maka dalam awal tulisan ini pun dikatakan berbisnislah dengan niat untuk mendapat ridho Allah agar kau tak melampaui batas batas agama.
Semoga dengan artikel ini kita jadi tahu cara berbisnis yang diajarkan oleh rasulullah sehingga kita bisa mencontohnya, agar jadi ladang pahala ketika kita berbisnis sesuai syariat agama. Semoga bermanfaat.
Baca juga artikel menarik lainnya disini
siappp
ReplyDelete