“Ingatlah! Sesungguhnya didalam tubuh manusia itu ada
segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan jikalau ia
rosak, maka rosaklah seluruh tubuhnya, tidak lain dan tidak bukan itulah yang
dikatakan hati” (HR.
Muttafaq’alaih)
1. Kategori Hati
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4XDldY2969qD7vLDaRjeBw5BOwzVxx0xuJ0YpswKezOOzupuhaZWNLq3VxEgpOye0KR67F0C7OJklKDXoBCRTIxpybOtrJ-cUHUY-n32RXWWYaysdI-qcCWVJWJaFTce6wQhriLCAdZA/s1600/hati-hadith.jpg)
Islam membagi hati itu
menjadi tiga bagian yaitu : Pertama, hati yang bersih. Yaitu hati yang
senantiasa mengingat Allah swt. Ketika mendengar ayat-ayat Allah bergetar dan
semakin bertambah keimanannya. Hati yang bersih menempatkan cintanya hanya
kepada Allah swt. semata. Ia rela membela atau menjalankan apa saja yang
diperintahkan Allah swt. Sehingga senantiasa rindu akan perintah-Nya. Hati yang
bersih akan kikir terhadap waktu; ia akan merasa bersalah dan bersedih jika
suatu waktu dirinya lupa atau lalai tidak memanfaatkan waktu semaksimal
mungkin. Ia akan merasa sayang jika waktunya terbuang percuma hanya untuk
nongkrong , ngobrol tak karuan, nonton tv, melamun atau tidur tanpa kenal
waktu.
Kedua, hati
yang mati. Yaitu hati yang keras laksana batu granit. Jauh dari hidayah dan
sulit menerima kebenaran. Nasehat yang diberikan ibarat angin lalu bahkan
dianggapnya merendahkan derajatnya. Ia egois, tidak mau menerima kritikan dari
orang lain. Emosional, jika pendapatnya ada yang membantah. Picik, merasa diri
paling benar. Allah SWT menggambarkan :
"mereka tuli, bisu,
buta, maka tidaklah mereka kembali ke jalan benar." (QS. Al Baqarah
ayat 18).
"Sesungguhnya
orang-orang kafir sama saja bagi mereka apakah kamu beri peringatan atau tidak,
mereka tetap tidak akan beriman. Allah
telah mematikan hati mereka, pendengaran mereka dan penglihatan mereka. Bahkan
semuanya benar-benar tertutup." (Al-Baqarah : 6-7).
Mereka yang termasuk
kelompok ini adalah para pemimpin dhalim, Yahudi, Nasrani dan mereka yang
berkecimpung dalam dunia kemaksiatan yang menghalang-halangi cahaya Allah.
Ketiga, Hati
yang sakit. Yaitu hati yang senantiasa gundah gulana, ragu dan tidak pernah
merasakan nikmatnya iman dan Islam. Ibarat orang yang kehausan di padang pasir, ketika akan
minum, ia tak mampu menelan air karena tenggorokannya sakit.
Orang yang hatinya
sakit, memandang dosa besar seperti debu yang beterbangan, kecil dan tanpa
beban. Padahal seorang muslim tulen, memandang dosanya seperti duduk di bawah
gunung, ia begitu takut jika gunung itu runtuh dan menimpanya. Semantara orang
yang sakit hatinya akan secepat kilat
melupakan dosa-dosa yang diperbuatnya dan tidak pernah berhenti melanggar
aturan Allah SWT.
Orang yang sakit
hatinya tetap gundah gulana ketika lantunan ayat suci al-Quran dibacakan. Ia
tidak menikmati bacaan itu sebagai kalam llahi. Jangankan bergetar,
mendengarnya pun tidak membikin ia betah. Hal ini disebabkan dalam hatinya
terdapat penyakit ujub, riya dan takabur sehingga tidak merasakan
kehadiran Allah dalam setiap jengkal hidupnya.
Orang yang sakit
hatinya jika mendapatkan suatu permasalahan akan mencari pemecahan selain kitab
Allah SWT. Ia akan memutuskan sesuai selera nafsu atau keinginan pemimpinnya
yang dlolim. Ia memang mengakui Islam, tapi begitu takut dengan undang-undang
Islam (Islam phobi). Mereka lebih menjunjung tinggi dan menyanjung-nyanjung
rekonsiliasi dengan iblis dari pada dengan sesama muslim yang jelas saudaranya
sendiri.
Mereka yang termasuk
kelompok ini adalah segolongan kaum muslimin yang hidup ditengah era
globalisasi. Kehidupan yang telah diracuni sekularisme, hedoisme, palagisme,
Yahudiisme bahkan komunisme. Mereka dengan menegakkan syiar Islam dengan dalih
rekonsiliasi, toleransi, dan saling menghargai. Mereka menebar "penyakit
hati" di masyarakat sehingga mayoritas umat Islam hatinya berpenyakit.
2. Sumber Penyakit
Hati
Berdasarkan keterangan
baik dari Al-Quran dan As-Sunah, sumber penyakit hati adalah : Pertama,
lemahnya akhlak. Ia sering meremehkan dosa kecil sehingga lambat laun tidak
menyesal lagi melakukan dosa tersebut. Dalam perkembangan berikutnya tidak
merasa dosa lagi ketika melakukan dosa besar.
Kedua, Tidak adanya
kehati-hatian (ihtiyat). Maksudnya selalu memandang remeh barang subhat.
Padahal barang subhat lebih dekat ke haram (HR. Bukhori). Ia memandang barang
subhat itu sama dengan barang halal.
Ketiga, terlena dengan
kehidupan dunia. Dunia ini fana namun begitu banyak orang yang merasa akan
hidup selamanya. Sehingga apa yang ia perhitungkan dari untung dan rugi
berdasarkan ukuran keduniaan, bukan keuntungan atau kerugian untuk akhirat
kelak.
Keempat, takut sengsara.
Katakutan pada yang satu ini sangat dominan dan Islam pun memahaminya. Namun
ketakutan yang berlebihan bisa menjerumuskan orang pada kehidupan yang
menghalalkan segala cara. Takut sengsara menyebabkan seseorang berani korupsi
dan kulosi.
Kelima, kepakaan yang
berlebihan (perasa). Seseorang yang terlalu perasa akan mudah tersinggung dan
marah serta akan mudah berburuk sangka.Kondisi hati seperti itu akan sangat
mudah dihinggapi syetan. Akibatnya emosi tak terkendali terjadilah pembunuhan
atau tindakan yang menyakiti orang lain.
Keenam, Menyia-nyiakan
waktu. Seseorang yang menyia-nyiakan waktu berarti telah mengorbankan berbagai
kepentingan untuk bekal di akherat nanti. Ia berpikir bahwa "nanti"
masih ada kesempatan, kemudian "nanti dan nanti lagi" hingga ajal
menjemput. Makanya Rasulullah mengigatkan mengingatkan dalam riwayat Bukhari
Dari Ibnu 'Umar. la berkata
: Rasulullah saw. pegang dua bahu saya, lalu ia bersabda : ,,Beradalah di dunia
seolah-olah engkau orang asing atau musafir"; dan adalah Ibnu 'Umar
berkata : Apabila engkau masuk pada waktu petang, maka janganlah engkau tunggu waqtu
pagi; dan apabila engkau masuk pada waqtu shubuh, maka ja nganlah engkau tunggu
waqtu petang, tetapi ambillah (kesempatan) dari shihatmu untuk (masa) sakitmu,
dan dari hidup-mu untuk matimu".
3. Mengobati Sakit
Hati
Orang mati mustahil
kembali lagi kedunia begitu pula hati
yang telah mati akan mustahil dihidupkan kecuali dengan izin dari Allah swt. Adapun hati yang sakit akan mudah disembuhkan
jika ia berusaha mencari obatnya. Adapun cara mengobati hati yang sakit adalah
:
Pertama, Qiyamul lail (shalat malam). Qiyamul
lail adalah di antara amalan sunat yang tidak pernah ditinggalkan oleh
Rasulullah. Hal ini mengindikasikan
bahwa ada kaistimewaan tersendiri.Qiyamul lail, merupakan bukti
penghambaan murni seorang makhluk kepada khaliknya. Saat malam sepi, hanya dia
dan kehadiran Allah SWT. Allah SWT pun menjanjikan jalan kaluar yang mudah
dalam segala urusan jika rajin mendirikan Qiyamul lail. Seseorang yang
rajin mendekatkan diri seperti ini jelas akan terhindar dari berbagai penyakit
hati.
Kedua, membaca
al-Quran. Seseorang yang rajin membaca al-Quran akan mendapatkan banyak hikmah,
diantaranya ketentraman jiwa disamping pahala yang besar. Al-Quran sendiri
merupakan syifaun atau obat bagi segala penyakit hati.
Ketiga, dzikrullah
atau selalu mengingat Allah SWT. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa
seorang tidak akan mungkin mencuri di saat ingat Allah SWT. Hal ini berarti,
dzikir kepada Allah SWT adalah benteng yang akan menjaga hati kita dari bisikan
syetan. Al-Quran sendiri menjelaskan bahwa syetan tidak akan menggoda pada
hamba yang mukhlis (bersih, damai). Dzikir yang dimaksud di sini cakupannya
sangat luas, bisa berarti lisan bisa juga perbuatan. Dengan lisan yaitu
senantiasa melafalkan kalimah toyibah atau kata-kata yang baik seperti subhanallah,
alhamdulillah, astagfirullah, dll. Dengan perbuatan misalnya selalu
terdorong untuk menolong orang lain, menyingkirkan duri di jalanan, menjaga
kebersihan, dll.
Keempat,
memperbanyak amalan sunnah. Semakin banyak amalan sunnah yang dilakukan berarti
memberikan nilai tambah. Dengan memperbanyak amalan sunnah berarti lebih
memadatkan waktu kita dengan amalan yang diridlai Allah SWT. Pahala amalan sunnat juga dapat mengimbangi
dosa-dosa kita.
Kelima, sabar.
Sabar bukanlah bertopang dagu dengan menyerahkan segalanya pada nasib. Sabar
adalah berjuang, bekerja keras tanpa henti dan tanpa putus asa sambil tetap bertawakal kepada
Allah SWT. Meraka yang sabar akan berani hidup di jalan Allah SWT apapun
kendalanya, prinsipnya, hidup mulia atau mati syahid ('isy kariman aomut
syahidan). Seseorang yang sabar, tetap hidup sejahtera lahir bathin
sekalipun krisis terus mendera karena katekunan yang dimiliki orang sabar akan
menghantarkannya pada kahidupan yang layak.
“Sungguh bahagia
orang yang selalu mensucikan jiwanya dan celakalah orang yang selalu mengotori
jiwanya. (QS. Asy-Syams).
Semoga
Allah SWT senantiasa melindungi hati kita dari berbagai virus modern yang
mencemari hati kita. Kepada Allah kita bertawakal dan hanya kepadanya kita
kembali. Wallahua’lam bishawab.
No comments:
Post a Comment