Sore hari sepulang sekolah, hujan turun dengan derasnya. Halimah terdiam bingung, bagaimana ia harus pulang. Halimah masih terdiam di depan kelas, memandangi air yang terjatuh bersamaan dari atas awan sambil terus berfikir bagaimana ia bisa menembus derasnya air yang akan membuat tubuhnya mengigil.
Sebagian teman yang lain telah beranjak pulang, ada yang dijemput ayahnya, ibunya, kakaknya, dan ada pula yang nekad pulang sendiri dengan jas hujan yang mereka kenakan. Akhirnya, Halimah memutuskan untuk menembus air tanpa kenakan apapun, ia berlari sekuat-kuatnya agar cepat sampai dirumah.
Tak lama dalam perjalanan, sakit yang Halimah rasakan beberapa tahun belakangan ini kembali terasa.
“ahhhh, sakiiitt. Uhhh hiks.,” gumamnya dalam hati seraya kedua tangannya memegangi area perut.
Halimah menangis sendiri di tengah derasnya air hujan, dengan menahan rasa sakitnya ia tetap melanjutkan perjalanan pulang. Tak kuat rasanya, Halimah melihat gubuk tua disamping pohon besar yang terlihat sepi. Halimah menghentikan langkahnya, dan mencoba duduk di atas gubuk tua itu. Ya, karena Halimah seorang penyendiri, pendiam, dan kurang suka bergaul dengan siapapun.
Cahaya sang surya pun kini mulai meredup, karena sebuah kebiasaan menulis untuk dirinya, Halimah mulai mengeluarkan buku hariannya di dalam sebuah tas biru bergaris pink miliknya. Ia mulai menulis dengan tangisan diwajahnya merasakan suasana tersebut.
Dear diary, hari ini imah sediih benget. imah hampir benci dengan ada nya hujan. Tapi imah yakin, ketika hujan datang, disanalah waktu untuk menyimpan harap akan adanya keindahan pelangi. Seperti hidup imah kini, yang berharap ada kebahadiaan nantinya dari rasa sakit ini. :’) Sudah dulu ya, hujannya mulai reda nih. assalamu’alaikum diaryku.
Tak lama berjalan, halimah pun sampai dirumah. Halimah bergegas masuk ke kamar dengan seragam dan jilbabnya yang basah kuyup. Sesuatu hal yang terlihat biasa, dirumah yang sepi. semua sibuk dengan pekerjaannya. Baik ayahnya, ibunya ataupun kakaknya. Hanya demi mencukupi kebutuhan hidup. Halimah segera mengganti pakaiannya, mengambil makanan yang telah bundanya masak tadi pagi sekali.
Walaupun mereka sibuk tapi masih memiliki waktu untuk memasak dan berbincang dengan halimah. Waktu untuk berbincang dan menjadi teman untuk halimah adalah malam hari, atau paling pagi yaitu di sore hari. Halimah tidak memanfaatkan waktu itu untuk membicarakan keadaannya, ia hanya berbagi tentang sekolahnya yang membuatnya selalu tersenyum.
Halimah tahu, begitu lelahnya sang bunda. Halimah tak ingin memberatkan pikiran sang bunda tercinta dengan keadaannya yang semakin memburuk.
Keesokan harinya, Halimah merasa sakiit sekali masih saja di area bawah perutnya. Halimah tetap Memaksakan diri untuk sekolah, menyembunyikan semuanya sendiri. Ditengah pelajaran, sakitnya kembali hilang. Alhamdulillah,. Halimah merasa lega dan dapat memperhatikan pelajaran dengan baik.
Ketika cahaya malam tiba, Halimah asyik dengan buku diarynya, ia menulis diary itu teruntuk bunda tercinta. Tapi, air mata tetap saja menemaninya dikala itu seraya berdo’a Rabbanaa aatinaa min ladunka rohmah wa hayyi’lanaa min amrinaa rasyadaa, ia pun langsung menggoreskan tinta nya dilemabaran kertas putih yang ada dibuku diary nya .
Bunda, halimah tidak ingin membuat bunda bersedih. Halimah terlihat sehat ya bunda, tapi kenapa tubuh halimah selalu sakit,.?? Bunda, halimah berikrar pada Allah, ketika bunda membaca diary halimah, disana lah waktu untuk halimah memberi tahu bunda. Halimah sayang bunda karena Allah, Halimah hendak mengumpulkan uang untuk antisipasi biaya dokter bunda, tapi uang itu selalu terpakai untuk keperluan halimah. Mungkin bukan waktunya untuk halimah berterus terang. tapi bunda, jika bunda tak kunjung membuka diary halimah hingga akhir nafas halimah,. Mungkin itu yang terbaik untuk halimah dan bunda juga ayah dan Ketahuilah bunda, betapa cinta halimah hanya untuk ayah bunda dan pencipta Ayah dan bunda. Halimah bahagia telah terlahir dari rahim bunda. Bunda orang yang selaluu halimah rindukan.
Salam sayang, Imah.
Hari demi hari halimah jalani, namun bunda tak kunjung membuka diary imah. Yang sengaja imah simpan di tempat terbuka, terkadang diruang keluarga, di ruang tv dan diruang yang selalu bunda tempati.
Sakit halimah bertambah sakit, halimah tumpahkan semuanya pada guru yang halimah sayangi disekolahnya,. Terasa sedikit lega dihati Halimah, sang guru memberikan pepatah dan obat herbal yang sedikit menahan sakitnya. Yang halimah minum ketika tak ada seorangpun dirumah.
Diujung nafasnya, dengan sang bunda disampingnya, halimah berbiik pada insane yang ia sayangi. “Bunda, diary halimah untuk bunda”
subhanallah
ReplyDelete