Worldview of Islam



Oleh: Hafidh Fadhlurrohman (Mahasiswa Ilmu Quran Tafsir STAI Persis Bandung)

Secara Bahasa world artinya dunia dan view artinya pandangan. Secara ringkas worldview berarti pandangan terhadap kehidupan dunia. Maka ketika worldview ini dinisbatkan kepada Islam, ini menjadi konsekuensi bahwa pandangan kehidupan dunia itu berdasarkan pada pandangan alam Islam. Hanya Islamlah yang mengajarkan pemahaman ini dan hanya muslimlah yang akan menggunakan pemahaman ini secara benar. Islamic worldview (Pandangan Hidup/Pandangan Alam Islam) adalah pemahaman seorang Muslim terhadap konsep-konsep pokok dalam Islam. Pemahaman setiap manusia akan mempengaruhi perilakunya. Cara pandang, sikap, dan perilaku seorang manusia ditentukan oleh bagaimana ia memahami suatu objek yang diinderanya.


Mengutip perkataan Imam Al-Ghazali, menurutnya bahwa hidup itu ada dalam tiga aspek, yang pertama apa yang diyakini. Yang kedua, apa yang harus dikerjakan. Dan yang ketiga, apa yang harus ditinggalkan. Ketika melihat aspek yang pertama disini jelas bahwa menurutnya hidup itu tergantung apa worldviewnya atau apa yang diyakininya.

Juga melihat pandangan Ninian Smart terhadap Islamic Worldview, yaitu suatu kepercayaan yang berada di dalam pikiran manusia yang berlandaskan kepada asas tauhid yang kemudian kepercayaan itu bisa menjadi suatu pendorong untuk perubahan sosial dan moral di tatanan masyarakat.

Al-Maududi mengatakan bahwa pandangan alam Islam adalah pandangan hidup yang di mulai dari keesaan Allah yang berimplikasi terhadap keseluruhan kegiatan kehidupan manusia.

Penulis kitab Tafsir fi Zhilalil Quran; Sayyid Qutb, mengartikan bahwa pandangan alam Islam adalah akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim, yang memberi gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang ada di baliknya.

Setelah melihat beberapa pendapat di atas, jelas bahwa ketika kita hidup di dunia itu mesti mempunyai suatu pandangan untuk kehidupan itu sendiri. Dan sebenarnya dalam Islam pandangan itu sudah di konsep dan termaktub dalam kitab sucinya. Tinggal kita sendiri yang harus bisa memaknai konsep pandangan itu supaya akumulasi itu bisa berimplikasi dalam ruang kehidupan kita.

Ada beberapa karakter pandangan alam Islam, diantarnya:
  1.  Segalanya berpusat pada konsep Tuhan (Allah)
  2. Segala ilmunya tauhidik (menyatu, tidak dikotomis)
  3.  Bersumber dari wahyu, bukan spekulasi filosofis yang timbul dari pengamatan empiris. Juga sistem etikanya bersumber dari wahyu.
  4. Sudah sempurna sejak awal, tidak mengalami perkembangan, tidak mengikuti gerak sejarah.

Di Barat yang sekuler, persoalan agama, filsafat dan moralitas memang selalu diperlakukan secara khusus. Di satu sisi ketika obrolan tentang kesehatan diobrolkan oleh perokok aktif itu dipandang absurd. Tetapi berbeda ketika persoalan agama. Kadang ketika persoalan agama diobrolkan oleh seorang ateis atau orang yang tidak taat beragama itu menjadi suatu hal yang wajar. Paul Johnson, dalam bukunya Intellectuals menyindir sekularisme yang membawa Barat pada kondisinya yang hipokrit ini:

[Dengan menurunnya kuasa kependetaan pada abad kedelapan belas, sebuah pembimbing jenis baru muncul untuk mengisi kekosongan dan menarik perhatian masyarakat. Sang intelektual sekuler bisa jadi seorang deist (percaya bahwa tuhan telah menciptakan dunia ini kemudian berlepas tangan darinya – pen.), skeptis atau ateis. Akan tetapi, ia sama sigapnya seperti seorang Paus atau presbyter dalam mengajari umat manusia bagaimana caranya menjalani segala urusannya.]

Pada akhirnya orang yang semacam ini pun yang dilabeli tidak punya agama atau tidak percaya Tuhan akan mengajarkan ajaran agama baru yang dalam spekulasi dirinya benar. Tentu ini menjadi suatu permasalah ketika dihadapkan kepada masyarakat awan di sekitaran kita.

Oleh karena agama dan Tuhan sering didiskusikan di Barat oleh orang-orang yang tidak taat beragama atau tidak patuh Tuhan, maka muncullah begitu banyak pendapat yang membingungkan terkait permasalahan agama.

Disinilah peranan pandangan alam Islam terkait hal ini, perlu adanya penanaman nilai supaya agama bisa ditempatkan pada urusan yang utama. Karena agamalah yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan besar yang tak mampu dijawab oleh akal manusia. Manusia yang hidup di dunia tidak akan mengetahui akhirat jika agama tidak menjelaskan eksistensi akhirat dan mendeskripsikannya. Jika hanya berpegang pada pancaindra dan akal, manusia takkan mampu membayangkan akhirat, apalagi Tuhan. Yang tidak kalah pentingnya untuk dipertimbangkan adalah: bagaimana manusia menjalani hidupnya jika ia tidak memiliki pengetahuan sedikit pun tentang akhirat dan Tuhan?



No comments:

Post a Comment