Jumat siang (07/09/2018) tepat pukul 14.00 aliansi mahasiswa Bandung Raya berkumpul untuk aksi demonstrasi terkait banyaknya persoalan negri yang carut marut. Monumen Perjuangan atau yang dikenal dengan Monju menjadi titik awal berkumpulnya para mahasiswa dari berbagai kampus.
Demo semacam ini sering saya ikuti, selagi saya berlabelkan mahasiswa yang mempunyai title "agent of change" dan juga "agent of social control" maka mengikuti demo menjadi suatu cara agar mahasiswa tidak diam melulu, mahasiswa harus berani mengkritik siapapun terlebih pemerintah jika banyak persoalan negri yang carut marut seakan keadilan sosial itu hanya narasi semata. Mahasiswa jangan bungkam ketika melihat isu-isu negri yang kiranya perlu untuk dikaji dan dikritik dengan berbagai solusi.
Loh kok demo? Untuk apa? Malah jadi macet tuh jalan.
Kadang yang bilang seperti itu kelihatan benar, tapi itu adalah kalimat yang dilontarkan oleh orang yang apatis. Dia masa bodo apapun yang terjadi di negri ini. Salah besar wahai kau orang-orang yang apatis!
Isu nilai dollar ke rupiah semakin menjolak, lalu kemudian aparatur negara seakan bekerja tidak netral, harga bbm yang naik beberapa kali. Kalian mau diam saja?
Hai kalian para korporat jabatan! Dengarlah suara kami, dengarlah suara rakyat kecil.
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar, bila rakyat berani mengeluh itu artinya sudah gasat. Dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah maka kebenaran pasti terancam. Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan, lalu dituduh subversif dan mengganggu keamanan. Maka hanya ada satu kata: LAWAN!
No comments:
Post a Comment